Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Aspirasi RakyatDaerahKabupaten KaimanaPariwaraSosial & BudayaTerbaru

Hut Pattimura ke -204, Srikandi M1R Papua Barat Tabur Bunga di TMP

57
×

Hut Pattimura ke -204, Srikandi M1R Papua Barat Tabur Bunga di TMP

Sebarkan artikel ini

MANOKWARI, (RelasiPublik) —Merupakan bentuk penghormatan atas jasa pengorbanan Pahlawan Nasional asal maluku, Thomas Matulessy dan para rekannya pada 204 tahun silam, sejumlah anak – anak maluku dan perwakilan sesepuh dari tiga tungku maluku baik dari Maluku Tenggara, Maluku Utara, dan Ambon Maluku Tengah, Sabtu (15/5/2021), siang, melaksanakan rangkaian upacara penghormatan dan penaburan bunga di Taman Makan Pahlawan (TMP) di Manokwari.

Example 300x600

Dalam kegiatan itu, turut tampil dan mengambil bagian para srikandi perwakilan dari Ormas Maluku Satu Rasa (M1R) Salam Sarane DPD Papua Barat, binaan Ketua Umum Yoel Yacob Patty.

Adapun kegiatan penaburan bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) tersebut, selain mengenang dan menghormati para jasa pahlawan dari sisi Kapitan Pattimura sebagaimana disemayatkan bagi Thomas Matulessy laki – laki Kabaresi, para Srikandi Maluku ini juga tak ingin agar sejarah dan perjuangan srikandi asal maluku Martha Christina Tiahahu tidak dilupakan.

Dikutip dari Wikipedia.org, Martha Christina Tiahahu (lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 dan meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818, di usia yang masih sangat belia yaitu berusia umur 17 tahun.

Ia adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun.

Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.

Martha Christina Tiahahu tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang putri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam Perang Pattimura tahun 1817.

Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekuen terhadap cita-cita perjuangannya. Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur.

 

Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua.

Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.

Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw – Ullath jasirah tenggara Pulau Saparua yang tampak betapa hebat srikandi ini menggempur musuh bersama para pejuang rakyat.

Namun akhirnya karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan pengkhianatan, para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung dan ada yang dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak. Martha Christina Tiahahu berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, tetapi ia tidak berdaya dan meneruskan bergerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa.

Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda menjelang tanggal 2 Januari 1818. Untuk menghargai jasa dan pengorbanannya, Martha Christina Tiahahu dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Sekedar diketahui, pada momentum peringatan HUT Pattimura ke -204 di Manokwari, Provinsi Papua Barat pada tahun 2021 ini, cukup diakui terlaksana dengan sukses dan baik.

Dimana pada rangkaiannya dilaksanakan dalam agenda lari Obor Pattimura oleh para peserta Pattimura Muda Maluku di Maluku secara estafet yang dilepas oleh Bupati Manokwari, Hermus Indou pada sabtu (15/5) 05.00 wit dinihari, dan diterima oleh Gubernur Papua Barat, Drs. Dominggus Mandacan, sebagaimana terlebih dahulu diterima oleh para perwakilan sesepuh orang tua maluku, yakni Tenggara, Utara dan Ambon Maluku Tengah, dan dibakarkan pada Obor Utama.

Sejumlah tarian adat baik cakalele, dan beberapa tarian lainnya yang ditampilkan para pilar kerukunan kampung asal maluku turut mewarnai peringatan HUT Pattimura ke -204 di lapangan borarsi, Manokwari. (Tim Papua Barat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *